Sunday, November 1, 2015

TERTIB BERKENDARA TERTIB DI JALAN RAYA

Dalam berkendara keselamatan menjadi hal utama, mentaati segala peraturan lalu lintas tentu merupakan prioritas, patuhi segala peraturan agar selamat saat berada dijalan. Hormati sesama pengendara sebagai bukti manusia berakhlak mulia. Tak perlu ugal-ugalan jika tak mau nyawa jadi taruhan, jadilah pelopor keselamat berkendara sebagai komitmen dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Hampir setiap hari ribuan kecelakaan terjadi dijalan, hampir setiap hari pula ribuan nyawa melayang dijalanan. Faktor keamanan yang sering kali diabaikan oleh pengendara menjadi penyebab mengapa begitu tingginya angka kematian karena kecelakaan dijalan dan bahkan terus meningkat dari tahun ketahun. Jadi temen-temen kita harus berhati-hati dijalan” kata Arif kepada Ani dan Dio
Ani dan Dio adalah sehabat Arif, dan setiap hari mereka bertiga berangkat bersama dengan sepeda seperti saat ini untuk pergi kesekolah yang memang tak jauh dari rumah mereka, saat ini mereka bertiga duduk dibangku kelas 3 smp dan sebentar lagi mereka akan menghadapi ujian nasional.
“Tapi kan Rif kita naik sepeda, jadi kan gak berbahaya” jawab Dio
“Tetap aja lah Dio, kita juga harus tetap berhati-hati, meskipun kita naik sepeda bisa saja kan dari pengendara lain yang berbuat kesalahan.? Jadi kita juga wajib berhati-hati” sahut Ani
“Iya Yo bener yang dibilang sama Ani meskipun kita naik sepeda yang kemungkinan terjadi kecelakaan dan resikonya kecil, kita tetap harus bersiaga saat berada dijalan raya, apalagi sebentar lagi kita akan mengikuti ujian nasional” Arif menambahi.
“Yah malah bahas ujian ujung-ujungnya, jangan diingetin lagi dong Rif.”  ujar Dio
“Iya-iya maaf ya, tapi kita kan emang harus siap-siap menghadari ujian nasional, kan kita setiap hari belajar, jadi jangan terlalu takut Yo.” jawab Arif.
“Iya nih, kamu mah penakut Yo, eh awass Rif..” Kata Ani sambil mengingatkan Arif karena barusan ada pengendara motor yang ugal-ugalan dari arah mereka bertiga.
“Makasih ya An, kamu udah ingetin aku.”
“Ehh.. Rif.. itu tadi bukannya si Rizal ya..?” kata Dio.
“Bener Rif..Bener Yo.. itukan Rizal.. kok dia sekarang udah naik motor, kan dia belum punya SIM, mana naik motornya ugal-ugalan lagi, bikin pengguna jalan lain merasa takut aja.” sahut Ani.
“Aku gak tau itu Rizal apa bukan. Tapi kalau beneran dia harus segera kita ingetin temen-temen, suapaya dia tidak membahayakan orang lain, apalagi dirinya sendiri” jawab Arif.
“Kenapa ya makin hari makin banyak anak-anak dibawah umur kayak Rizal makin banyak yang udah naik motor, kan padalah mereka belum punya SIM, selain secara hukum itu melanggar peraturan, itu sangat berbahaya ketika mereka memang belum dapat mengendari motor secara mumpuni” kata Ani.
“Iya nih, bikin ngiri aja” sahut Dio
“Ehh.. kamu malah punya keinginan buruk yang sama, bahaya tau. Ya kan Rif.?” Ani mencoba mengingatkan Dio bahwa keingginana itu masih terlalu dini.
“Tapi pengen tau An.. tapi gak boleh mulu sama Mama.”
“Orang tua kamu bener Yo, kita ini masih dibawah umur, jadi kita masih belum boleh naik motor, apalagi belum punya surat izin mengemudi.” Jawab Arif
“Tapi kok orang tua Rizal mengizinkannya naik motor kesekolah ya?” tanya Ani.
“Entahlah temen-temen kenapa Rizal bisa naik motor kesekolah, bisa jadi orang tuanya tidak mengingatkan resiko yang dapat Rizal alami, atau bahkan dari Rizal yang tidak mau mengikuti peringatan orang tuanya, yang penting sekarang kita harus buru-buru sampai kesekolah sebelum terlambat, ayo lanjutkan perjalanan kita.” Jawab Arif.
“Yah andaikan bisa naik motor kan cepet, gak capek..” gumam Dio.
“Dio, udah deh ilangin keinginan berbahaya kamu itu.” kata Ani.
“Iya-iya.. aku ngerti.”
Begitu miris memang saat kita sadari bahwa semakin banyak anak-anak sekarang yang ketika berangkat kesekolah menggunakan sepeda motor, padalah mereka belum mendapatkan Surat Izin Mengemudi(SIM) karena dari sisi umur mereka belum cukup umur, namun karena kebiasaan yang telah lama ada serta berbagai alasan-alasan tidak masuk akal yang mereka gunakan agar tetap dapat mengendarai sepeda motor keskolah, seperti alasan rumah mereka jauh, padalah ketika mereka tahu rumah mereka jauh, mereka harus berangkat lebih pagi agar tidak terlambart sekolah,.sungguh alasan yang klise namun tetap ampuh hingga sekarang bahkan orang tua mereka mengiakan alasan itu.
Saat istirahat pertama Arif, Ani, dan Dio bertemu dengan Rizal di kantin sekolah, tentu dalam benak mereka bertika penasaran mengapa Rizal sudah mengendarai motor untuk ke sekolah.
“Eh Zal, aku mau tanya nih.?” Tanya Arif
“Oh kamu Rif, iya mau tanya apa.? Oh ya ntar siang aku mau main futsal kamu mau ikut?” Rizal balik bertanya pada Arif. Arif dan Rizal memang sudah berteman sejak lama, mereka dari SD yang sama, namun saat SMP mereka memang tidak sekelas.
“Enggak dulu deh Zal, sebulan lagi kan kita mau ujian, aku mau fokus dulu, oh ya yang tadi naik motor itu kamu bener.? Tanya Arif.
“Yah Rif, kamu kan padalah gelandang yang hebat, ayolah kita main aku tahu kan kamu pinter gampang lah pasti kalau cuman UN, iya tadi aku yang naik motor.” Jawab Rizal.
“Kamu tahu gak, karena kamu tadi naik motornya ugal-ugalan Arif hampir aja kesempret, kalau belum bisa naik motor, jangan naik motor deh,” sahut Dio sedikit emosi pada Rizal
“Dio... sabar Yo.. ini dikantin, iya Zal kan kamu belum punya SIM kan kok udah kesekolah naik motor?” kata Ani sambil menahan amarah Dio.
“Tadi itu kamu Rif, maafin aku ya, aku tadi beneran gak tau soalnya aku tadi bangun kesiangan dan takut telat kesekolah jadinya agak ugal-ugalan” kata Rizal.
“Sedikit kamu bilang Zal, tadi itu udah parah Zal kamu naik motornya ngebut kayak orang kalap, kamu tadi aku yang jatuh gak apa-apa karena aku naik sepeda jadi gak begitu sakit, tapi yang kesempret pengendara motor yang lain misal, atau bahkan mobil. Itu sanggat berbahaya Zal.” Kata Arif
“Kan tadi aku udah bilang Rif, aku buru-buru Rif, udah lah kalau gak mau ikut futsal gak apa-apa. Malah bahas masalah motor, orang tua aku aja gak masalahin Rif, aku balik ke kelas dulu” Rizal sedikit emosi.
“Eh..malah pergi seenaknya ..” Dio masih emosi
“Dio.. udah, kamu mah gampang emosian.. jadi bener Rif dari orang tuanya Rizal gak pernah ngelarang dia naik motor kesekolah.” Kata Ani.
“Iya An, mungkin karena alasan rumah Rizal yang cukup jauh dari sekoalah jadi mereka mengizinkannya naik motor.” Jawab Arif.
Setelah bel pulang sekoalah Arif, Ani, dan Dio melanjutkan kegiatan mereka untuk mengikuti bimbingan belajar untuk mengahadi ujian nasional.
“Yah.. capek banget Rif, udah tadi ngerjain soal seharian disekolah masih harus bimbel pulangnya..” Dio mengeluh.
“Udahlah Yo.. ayo semangat kita sebagai pemuda generasi penerus bangsa, kebanggaan ibu pertiwi harus berusaha keras, jangan mudah menyerah untuk menggapai apa yang kita cita dan inginkan, ya gak Rif..?” kata Ani menyemangati Dio.
“Rif.. kok lu malah bengung, iya sih yang diomongi Ani emang ribet, tapi kok lu ikut-ikutan bengong, gak ngerti juga ya.?” Sahut Dio sambil menepuk pundak Arif.
“Enggak gitu Yo, yang diomongin sama Ani itu bener banget, kita harus semangat berjuang menggapai cita-cita.. tapi lihat deh temen-temen, itu Rizal kan.? Kok dia kayak ditilang gitu ya.?” Kata Arif.
Arif yang berencana untuk bermain futsal terkena razia rutin yang dilakukan polisi lalu lintas untuk mengamankan dan mewujudkan area kawasan tertib lalu lintas.
“Selamat siang dek.?” Kata salah satu polisi.
“Siang pak, ini kenapa kok distop sih pak?” jawab Rizal sedikit kesal.
“Adek tau ini adalah kawasan tertib lalu lintas, jadi adek harus mematuhi peraturan lalu lintas yang benar, lihat adek malah memboncengkan teman adek tapi tidak mengenakan helm. Ketika berkendara mengunakan sepeda motor baik pengendara maupun penumpang dibelakang wajib mengenakan helm.” Polisi menjalaskan kesalah Rizal.
“Kan yang penting sayanya pakek helm pak.” Rizal membantah.
“Boleh sama lihat surat-suratnya,?” tanya polisi
“Ini pak.”
“Hanya STNK, adek belum punya SIM.?”
“Iya, Belum pak.” Kata Rizal pasrah.
“Karena adek tidak memiliki SIM jadi adek saya kenakan tilang dengan dua pelanggaran yakni berkendara dibawah umur serta tidak menggunakan helm saat membonceng. Motor adek harus kami tahan.” Kata polisi
“Wah.. jangan dong pak..” kata Rizal dengan kesal.
“Ini ada apa ya pak, kok ribut-ribut, terus temen saya ini distop” kata Arif.
“Ini nih Rif, motor aku mau diambil sama pak polisi ini” sahut Rizal.
“Temen adek melanggar peraturan lalu lintas dengan berkendara padalah masih dibawah umur dan tidak mengenakan helm saat membonceng teman.” Polisi menjelaskan.
“Apa harus ditahan juga ya pak motornya. Gak bisa hanya STNKnya pak, kasian pak bagaimana teman saya ini harus pulang jalan kaki rumahnya sangat jauh pak, dan tidak diakses oleh angkutan umum.” Kata Arif.
“Makannya naik motor sih, padalah gak ada SIM rasain kan..” kata Dio terlihat sangat senang.
“Dio.. udah kita diem aja deh..” lagi-lagi Ani harus mengingatkan Dio
“Iya sudah, hanya STNK yang saya tahan, dua minggu lagi silahkan mengikuti sidang untuk mengambil STNK kembali.” Jawab polisi
“Jangan dong pak, meskipun cuman STNK” Rizal masih tidak mau terima.
“Sudahlah Zal, kita terima aja” kata Andi yang dibonceng Rizal.
“Apaan.. kamu sih,, pakek gak bawa motor segala kena tilang kan” bentak Rizal.
“Udah Zal, masih mending kamu gak harus pulang jalan kaki, makasih ya pak polisi.” Kata Arif.
“Ya sudah, ini surat tilangnya, silahkan ikuti sidang dua minggu lagi, dan jangan melanggar peraturan lalu lintas kembali, permisi selamat siang.”jawab polisi
“Gimana dong Rif, aku ngomongnya sama orang tua aku kalau kena tilang” tanya Rizal
“Gini Zal, kamu bilang aja dengan sejujurnya kalau kamu emang kena tilang, kamu harus bilang sebenar-benarnya dan minta orang tua kamu untuk menghadiri sidangnya nanti.” Jawab Arif.
“Ya deh Rif.” Rizal pasrah.
“Jika belum memiliki SIM, jangan dulu naik motor Zal supaya gak keulang kayak gini” kata Ani
“Iya An, aku mau minta maaf sama kalian semua karena tadi udah ngomong kasar pas dikantin dan sempet mau nyerempet pas diberangkat sekolah. Aku janji gak lagi-lagi naik motor kalau belum punya punya SIM” kata Rizal menyesel.
“Nah gitu dong.. kan enak kalau gitu.” Sahut Dio.
“Hahaha.. Dio..Dio..” Kata Ani dan Arif bersamaan.
Ketika belum saatnya untuk kita melakukan sesuatu, jangan paksakan itu jangan sampai kita melanggar peraturan, nilai maupun norma yang ada. Jadilah masyarakat yang baik dan bertanggung jawab dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Peratuhi hukum dan peraturan contohnya peraturan lalu lintas, jangan sampai kita membahayakan pengguna jalan lainnya. jadilah pelopor keselamatan dijalan raya.
 


No comments:

Post a Comment