Sunday, November 22, 2015

Gaun Pernikahan Yang Tak Bisa Dipakai



Dua tahun sudah, gaun pernikahan itu masih tersimpan didalam lemari tuanya, seharusnya 2 tahun lalu gadis yang sekarang menjadi dokter muda itu telah melangsungkan pernikahan, namun seminggu sebelum hari bahagia itu terjadi, Rina membatalkan acara akad nikahnya. Yang tersisa ini hanyalah rasa bersalah ketika melihat gaun pernikahannya itu tak pernah sama sekali ia bisa pakai untuk pria yang dia cintai.

Masih teringat jelas diingatan Rina saat ia lebih memutuskan untuk memilih ikatan dinasnya sebagai dokter muda yang harus bekerja diluar pulau jawa ketimbang memilih menikah dengan Andi tunangannya.

Dua tahun lalu, siang itu dua minggu sebelum penikahan meraka dilangsungkan, Rina meminta Andi untuk bertemu disebuah taman untuk membicarakan seseuatu,  mereka sebenarnya telah merencanakan pernikahan saat acara pertunangan mereka, telah dipilih tanggal yang kedua pihak keluarga telah menyetujuinya, yakni hari minggu pertama empat bulan yang akan datang.

13.30 WIB, Rina datang lebih awal dari waktu yang ia tentukan untuk bertemu dengan tunangannya, ia datang dengan rambut yang ia biarkan terurai yang kini telah sepanjang bahu dan mengenakan dress merah muda yang Andi berikan padanya sebagai hadiah ulang tahun Rina seminggu yang lalu, lima belas menit berselang Andi datang dengan setangkai mawar yang ia beli saat perjanan.

“Hay sayang.. ini mawar buat kamu,” kata Andi sambil memberikannya bunga ke Rini.
“Ini kok mawarnya merah sih.? Kan kamu tahu kalau aku gak suka, aku sukanya mawar putih,?”
“Iya soalnya tadi pas mau beli mawar putihnya gak ada, ya udah beli yang merah aja dari pada gak bunga,” jawab Andi.

Entah kenapa akhir-akhir ini hubungan mereka menjadi kurang harmonis, ditambah lagi dengan intensitas pertemuaan yang semakin jarang karena kesibukan mereka masing-masing, bahkan untuk sekedar makan siang bersama sulit untuk mempertemukan jadwal keduanya.

“Yaudah deh itu gak penting, ada yang lebih penting yang ingin aku bicarain,” kata Rini.
“Aku juga mau ngomong penting,” sahut Andi.
“Ya udah kamu yang duluan yang bicara,” balas Rini.
“Kamu duluan aja,”
“Kamu aja yang bicara duluan, terus gantian aku,” kata Rini.
“Aku mau ngomong kalau dress kamu bagus, cocok dibadan kamu, gak sia-sia aku beli online dan harus preorder yang prosesnya selama sebulan, dan hasilnya gak mengecewakan,” ujar Andi.
“Ini yang kamu bilang penting,?” balas Rini.
“Yang penting bukan itu, gimana kalau hari ini kita nonton deh sayang,kebetulan hari ini ada film baru yang dari trailernya aja udah bagus banget, jadi genrenya itu action romance gitu sayang.”
“Itu penting ya.?”
“Kamu lagi mood buat nontong ya, jadi gini yang penting itu, aku punya berita baik jadi kamu udah dapet kiriman  gaun buat kita nikah nanti kan,?” tanya Andi.
“Iya, kemarin udah dikirim gaunnya sesuai sama pesanan kok, nah makanya yang mau aku omongin itu..” belum sempat Rini meneruskan bicaranya, Andi sudah memotong perkataan Rini.
“Nah udah dikirim kan, terus berita bahagia selanjutnya itu undangan pernikahan kita juga jadi katanya dari percetakan, lebih cepat dari yang seharusnya kan, nah jadi intinya yang aku bilang penting itu, persiapan pernikahan kita itu udah 85% sayang, tinggal sebar undangan sama konfirmasi lagi ke pihak gedung dan cattering, udah deh,” ujar Andi dengan penuh semangat.
“Nah itu yang juga mau aku sampaiin,” kata Rini
“Kenapa gaunnya kegedean ya,?” tanya Andi.
“Enggak itu, jadi aku bakal pindah ke Jambi karena ikatan dinas aku, kan aku masih dokter muda jadinya aku nantinya bakal jadi dokter di salah satu rumah sakit di Provinsi Jambi,” jawab Rini.
“Jambi.? Kok jauh banget, terus kapan kamu berangkatnya,?” ucap Andi kaget.
“Hari ini rencananya setelah ini aku mau langsung beli tiket pesawatnya,” kata Rini.
“Kok kamu gak bilang-bilang sebelumnya sih, terus maksimal tiga hari sebelum pernikahan kita kamu udah pulang ke Bandung kan, iya kan,?” tanya Andi.
“Nah itu, aku bakalan dua tahun di Jambi, dan disana aku bakal berada disalah satu daerah yang masih tertinggal jadi kayaknya aku bakalan fokus dulu deh disana, makanya aku bilang ke kamu untuk ketemuan soalnya aku mau ngomongin masalah ini ke kamu,” jawab Rini.
“Maksud  kamu,?”
“Jadi karena aku bakalan konsent penuh selama dua tahun disana, gimana kalau kita undur pernikahan kita dulu selama dua tahun,” kata Rini.

Andi serasa hatinya hancur berkeping-keping saat mendengar apa yang diucapkan oleh tunanganya itu, rencara pernikahan mereka yang telah disiapkan secara rapi beberapa bulan sebelumnya seperti sia-sia saja, baginya itu seperti halnya kiamat, yang takkan ada lagi hari esok untuknya, namun Andi masih belum menyerah, dia percaya bahwa ia dapat meyakinkan Rini untuk membatalkan keingginya itu.

“Diundur dua tahun,? Rini kamu sadar gak sih,?” Andi syok.
“Aku harus mengambil kesempatan ini sayang,” kata Rini.
“Tapi kan gak harus diundurin juga kan,?”
“Tapi aku takutnya disana malah enggak konsent jika nanti udah menikah,”
“Kalau kita nanti menikah, kamu gak harus bekerja kan,” kata Andi.
“Gak kerja kamu bilang,?” tanya Rini.
“Iya, nanti biar aku aja yang kerja, kamu nanti dirumah aja jadi ibu rumah tangga,” kata Andi.
“Tapi ini kesempatan emas buat aku.”
“Tapi kan jauh banget, diluar Jawa, kan kamu bisa sementara jadi ibu rumah tangga, terus kalau ada kerjaan di dekat Bandung, kamu bisa melamar jadi Dokter kan,” Andi mencoba meyakinkan tunanganya,
“Justru ini itu jadi peluang aku untuk bisa menunjukkan kemampuan aku sayang,” jawab Rini.
“Tapi gak bisa nuggu kita setelah menikah apa,?” tanya Andi.
“Gak bisa sayang, dua tahun aja kok,” jawab Rini.
“Dua tahun itu lama, lama banget malah.”
“Please aku mohon.”
“Jadi kamu lebih milih kerjaan kamu itu dari pada kita,?” tanya Andi.
“Aku butuh kerjaan secepatnya.”
“Kerjaan, kenapa harus terburu-buru.?”
“Aku butuh uang secepatnya juga sayang,” jawab Rini.
“Buat apa emang,?”
“Kamu tahu kan kamu aku masih punya dua adik, dan mereka berdua masih sekolah, butuh biaya yang banyak untuk sekolah mereka, apalagi adik pertama aku Ryan, tahun depan udah harus kuliah, pastinya butuh banyak biaya kan,?” Rini menjelaskan alasanya.
“Aku nanti juga bisa bantu sekolah adik kamu,” kata Andi.
“Tetap gak bisa, kalau kita menikah uang kamu itu akan digunakan untuk biaya hidup kita, kamu tahu kan kalau papa aku udah pensiun dan uang tabungan papa udah berkurang banyak untuk biaya aku kuliah di kedokteran, dan rencananya juga Ryan ingin mengikuti jejak aku juga kuliah di kedokteran, kamu tahu sendirikan biaya untuk masuk kedokteran itu mahal,” jawab Rini.
“Iya aku ngerti sayang, kalau alasanya seperti itu aku juga kayaknya gak bisa bantu juga kan,?”
“Jadi kamu setuju kan,?” Kata Rini.
“Setuju buat apa,?” Tanya Andi.
“Kalau pernikahan kita diundurin,?”
“Ya udah ya aku pulang dulu, kamu semangat di Jambinya, fokus sama kerjaan kamu nantinya, aku Cuma bisa mendoakan yang terbaik untuk kamu, dan ini aku kasih uang sisa dari biaya untuk penikahan yang seharusnya kita jalani, semoga bisa untuk membantu adik kamu kuliah nantinya, ya udah aku selamat tinggal,” Andi meninggalkan Rini tanpa menjawab pertanyaan yang diajukan tunangan itu, dia pergi sambil memberikan uang sisa dari pelunasan biaya pernikahan yang seharusnya mereka jalani, namun ternya takdir berkata lain.


Melihat Andi pergi Rina menanggap bahwa Andi dan keluargannya nanti akan setuju untuk mengundur pernikahan mereka. Keesokan harinya seperti yang sudah direncanakan Rina berangkat pagi-pagi sekali kebandara untuk berangkat ke Jambi. Selama menjadi dokter muda di Jambi Rina mendapatkan banyak sekali pujian dari dokter dan perawat lain karena kemampuanya yang memang hebat, bahkan untuk sekelas dokter muda, tentu Rina melaksanakan perkerjaanya dengan sungguh-sungguh karena selain ingin membantu biaya adiknya kuliah, dia juga menabung untuk membantu pernikahannya yang sempat tertunda.

Setahun berlalu, setahun sudah resmi Rina bekerja menjadi dokter di Jambi, dan karena kehebatannya yang seharusnya ikatan dinas yang harus dijalaninya selama dua tahun, dia dapat kemudahan bahwa bulan depan ia sudah bisa kembali ke Bandung, Rina pun segera mengabari keluarganya di Bandung, dan tak lupa juga tunangannya.

Namun ketika menelfon Andi untuk memberitahukan kabar bahagia tersebut, Rina dikejutkan dengan pernyataan Andi bahwa minggu depan Andi akan menikah dengan teman sekelasnya dulu, Rina merasa jantung seakan lepas, kini Rini tahu arti dari Andi dulu pergi tanpa menjawab pertanyaannya dulu. Rini sangat terpukul ketika ia kembali ke Bandung, selama setahun di setelah ia pulang pun hanya berdiam diri sendirian dikamar, merasa bersalah bahwa dia dulu ingin mengundur pernikahannya dan gaunnya yang telah siap dua tahun yang lalupun hanya akan mengantung di lamarinya, tanpa ia dapat pakai dengan orang yang dia cintai.


Blog post ini dibuat dalam rangka mengikuti Kompetisi Menulis Cerpen “Pilih Mana: Cinta Atau Uang?” #KeputusanCerdas yang diselenggarakan oleh www.cekaja.com dan Nulisbuku.com




No comments:

Post a Comment