Dalam berkendara keselamatan menjadi
hal utama, mentaati segala peraturan lalu lintas tentu merupakan prioritas,
patuhi segala peraturan agar selamat saat berada dijalan. Hormati sesama
pengendara sebagai bukti manusia berakhlak mulia. Tak perlu ugal-ugalan jika
tak mau nyawa jadi taruhan, jadilah pelopor keselamat berkendara sebagai
komitmen dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Hampir setiap hari ribuan
kecelakaan terjadi dijalan, hampir setiap hari pula ribuan nyawa melayang dijalanan.
Faktor keamanan yang sering kali diabaikan oleh pengendara menjadi penyebab
mengapa begitu tingginya angka kematian karena kecelakaan dijalan dan bahkan
terus meningkat dari tahun ketahun. Jadi temen-temen kita harus berhati-hati
dijalan” kata Arif kepada Ani dan Dio
Ani dan Dio adalah sehabat Arif,
dan setiap hari mereka bertiga berangkat bersama dengan sepeda seperti saat ini
untuk pergi kesekolah yang memang tak jauh dari rumah mereka, saat ini mereka
bertiga duduk dibangku kelas 3 smp dan sebentar lagi mereka akan menghadapi
ujian nasional.
“Tapi kan Rif kita naik sepeda,
jadi kan gak berbahaya” jawab Dio
“Tetap aja lah Dio, kita juga
harus tetap berhati-hati, meskipun kita naik sepeda bisa saja kan dari
pengendara lain yang berbuat kesalahan.? Jadi kita juga wajib berhati-hati”
sahut Ani
“Iya Yo bener yang dibilang sama
Ani meskipun kita naik sepeda yang kemungkinan terjadi kecelakaan dan resikonya
kecil, kita tetap harus bersiaga saat berada dijalan raya, apalagi sebentar
lagi kita akan mengikuti ujian nasional” Arif menambahi.
“Yah malah bahas ujian
ujung-ujungnya, jangan diingetin lagi dong Rif.” ujar Dio
“Iya-iya maaf ya, tapi kita kan
emang harus siap-siap menghadari ujian nasional, kan kita setiap hari belajar,
jadi jangan terlalu takut Yo.” jawab Arif.
“Iya nih, kamu mah penakut Yo, eh
awass Rif..” Kata Ani sambil mengingatkan Arif karena barusan ada pengendara
motor yang ugal-ugalan dari arah mereka bertiga.
“Makasih ya An, kamu udah ingetin
aku.”
“Ehh.. Rif.. itu tadi bukannya si
Rizal ya..?” kata Dio.
“Bener Rif..Bener Yo.. itukan
Rizal.. kok dia sekarang udah naik motor, kan dia belum punya SIM, mana naik
motornya ugal-ugalan lagi, bikin pengguna jalan lain merasa takut aja.” sahut Ani.
“Aku gak tau itu Rizal apa bukan.
Tapi kalau beneran dia harus segera kita ingetin temen-temen, suapaya dia tidak
membahayakan orang lain, apalagi dirinya sendiri” jawab Arif.
“Kenapa ya makin hari makin
banyak anak-anak dibawah umur kayak Rizal makin banyak yang udah naik motor,
kan padalah mereka belum punya SIM, selain secara hukum itu melanggar
peraturan, itu sangat berbahaya ketika mereka memang belum dapat mengendari
motor secara mumpuni” kata Ani.
“Iya nih, bikin ngiri aja” sahut
Dio
“Ehh.. kamu malah punya keinginan
buruk yang sama, bahaya tau. Ya kan Rif.?” Ani mencoba mengingatkan Dio bahwa
keingginana itu masih terlalu dini.
“Tapi pengen tau An.. tapi gak
boleh mulu sama Mama.”
“Orang tua kamu bener Yo, kita
ini masih dibawah umur, jadi kita masih belum boleh naik motor, apalagi belum
punya surat izin mengemudi.” Jawab Arif
“Tapi kok orang tua Rizal
mengizinkannya naik motor kesekolah ya?” tanya Ani.
“Entahlah temen-temen kenapa Rizal
bisa naik motor kesekolah, bisa jadi orang tuanya tidak mengingatkan resiko
yang dapat Rizal alami, atau bahkan dari Rizal yang tidak mau mengikuti
peringatan orang tuanya, yang penting sekarang kita harus buru-buru sampai
kesekolah sebelum terlambat, ayo lanjutkan perjalanan kita.” Jawab Arif.
“Yah andaikan bisa naik motor kan
cepet, gak capek..” gumam Dio.
“Dio, udah deh ilangin keinginan
berbahaya kamu itu.” kata Ani.
“Iya-iya.. aku ngerti.”
Begitu miris memang saat kita
sadari bahwa semakin banyak anak-anak sekarang yang ketika berangkat kesekolah
menggunakan sepeda motor, padalah mereka belum mendapatkan Surat Izin Mengemudi(SIM)
karena dari sisi umur mereka belum cukup umur, namun karena kebiasaan yang
telah lama ada serta berbagai alasan-alasan tidak masuk akal yang mereka
gunakan agar tetap dapat mengendarai sepeda motor keskolah, seperti alasan
rumah mereka jauh, padalah ketika mereka tahu rumah mereka jauh, mereka harus
berangkat lebih pagi agar tidak terlambart sekolah,.sungguh alasan yang klise
namun tetap ampuh hingga sekarang bahkan orang tua mereka mengiakan alasan itu.
Saat istirahat pertama Arif, Ani,
dan Dio bertemu dengan Rizal di kantin sekolah, tentu dalam benak mereka
bertika penasaran mengapa Rizal sudah mengendarai motor untuk ke sekolah.
“Eh Zal, aku mau tanya nih.?” Tanya
Arif
“Oh kamu Rif, iya mau tanya apa.?
Oh ya ntar siang aku mau main futsal kamu mau ikut?” Rizal balik bertanya pada
Arif. Arif dan Rizal memang sudah berteman sejak lama, mereka dari SD yang
sama, namun saat SMP mereka memang tidak sekelas.
“Enggak dulu deh Zal, sebulan
lagi kan kita mau ujian, aku mau fokus dulu, oh ya yang tadi naik motor itu
kamu bener.? Tanya Arif.
“Yah Rif, kamu kan padalah
gelandang yang hebat, ayolah kita main aku tahu kan kamu pinter gampang lah
pasti kalau cuman UN, iya tadi aku yang naik motor.” Jawab Rizal.
“Kamu tahu gak, karena kamu tadi
naik motornya ugal-ugalan Arif hampir aja kesempret, kalau belum bisa naik
motor, jangan naik motor deh,” sahut Dio sedikit emosi pada Rizal
“Dio... sabar Yo.. ini dikantin,
iya Zal kan kamu belum punya SIM kan kok udah kesekolah naik motor?” kata Ani
sambil menahan amarah Dio.
“Tadi itu kamu Rif, maafin aku
ya, aku tadi beneran gak tau soalnya aku tadi bangun kesiangan dan takut telat
kesekolah jadinya agak ugal-ugalan” kata Rizal.
“Sedikit kamu bilang Zal, tadi
itu udah parah Zal kamu naik motornya ngebut kayak orang kalap, kamu tadi aku
yang jatuh gak apa-apa karena aku naik sepeda jadi gak begitu sakit, tapi yang
kesempret pengendara motor yang lain misal, atau bahkan mobil. Itu sanggat
berbahaya Zal.” Kata Arif
“Kan tadi aku udah bilang Rif,
aku buru-buru Rif, udah lah kalau gak mau ikut futsal gak apa-apa. Malah bahas
masalah motor, orang tua aku aja gak masalahin Rif, aku balik ke kelas dulu”
Rizal sedikit emosi.
“Eh..malah pergi seenaknya ..”
Dio masih emosi
“Dio.. udah, kamu mah gampang
emosian.. jadi bener Rif dari orang tuanya Rizal gak pernah ngelarang dia naik
motor kesekolah.” Kata Ani.
“Iya An, mungkin karena alasan
rumah Rizal yang cukup jauh dari sekoalah jadi mereka mengizinkannya naik
motor.” Jawab Arif.
Setelah bel pulang sekoalah Arif,
Ani, dan Dio melanjutkan kegiatan mereka untuk mengikuti bimbingan belajar
untuk mengahadi ujian nasional.
“Yah.. capek banget Rif, udah
tadi ngerjain soal seharian disekolah masih harus bimbel pulangnya..” Dio
mengeluh.
“Udahlah Yo.. ayo semangat kita
sebagai pemuda generasi penerus bangsa, kebanggaan ibu pertiwi harus berusaha
keras, jangan mudah menyerah untuk menggapai apa yang kita cita dan inginkan,
ya gak Rif..?” kata Ani menyemangati Dio.
“Rif.. kok lu malah bengung, iya
sih yang diomongi Ani emang ribet, tapi kok lu ikut-ikutan bengong, gak ngerti
juga ya.?” Sahut Dio sambil menepuk pundak Arif.
“Enggak gitu Yo, yang diomongin
sama Ani itu bener banget, kita harus semangat berjuang menggapai cita-cita..
tapi lihat deh temen-temen, itu Rizal kan.? Kok dia kayak ditilang gitu ya.?” Kata
Arif.
Arif yang berencana untuk bermain
futsal terkena razia rutin yang dilakukan polisi lalu lintas untuk mengamankan
dan mewujudkan area kawasan tertib lalu lintas.
“Selamat siang dek.?” Kata salah
satu polisi.
“Siang pak, ini kenapa kok distop
sih pak?” jawab Rizal sedikit kesal.
“Adek tau ini adalah kawasan
tertib lalu lintas, jadi adek harus mematuhi peraturan lalu lintas yang benar,
lihat adek malah memboncengkan teman adek tapi tidak mengenakan helm. Ketika berkendara
mengunakan sepeda motor baik pengendara maupun penumpang dibelakang wajib
mengenakan helm.” Polisi menjalaskan kesalah Rizal.
“Kan yang penting sayanya pakek
helm pak.” Rizal membantah.
“Boleh sama lihat
surat-suratnya,?” tanya polisi
“Ini pak.”
“Hanya STNK, adek belum punya SIM.?”
“Iya, Belum pak.” Kata Rizal
pasrah.
“Karena adek tidak memiliki SIM
jadi adek saya kenakan tilang dengan dua pelanggaran yakni berkendara dibawah
umur serta tidak menggunakan helm saat membonceng. Motor adek harus kami tahan.”
Kata polisi
“Wah.. jangan dong pak..” kata
Rizal dengan kesal.
“Ini ada apa ya pak, kok ribut-ribut,
terus temen saya ini distop” kata Arif.
“Ini nih Rif, motor aku mau
diambil sama pak polisi ini” sahut Rizal.
“Temen adek melanggar peraturan
lalu lintas dengan berkendara padalah masih dibawah umur dan tidak mengenakan
helm saat membonceng teman.” Polisi menjelaskan.
“Apa harus ditahan juga ya pak
motornya. Gak bisa hanya STNKnya pak, kasian pak bagaimana teman saya ini harus
pulang jalan kaki rumahnya sangat jauh pak, dan tidak diakses oleh angkutan
umum.” Kata Arif.
“Makannya naik motor sih, padalah
gak ada SIM rasain kan..” kata Dio terlihat sangat senang.
“Dio.. udah kita diem aja deh..”
lagi-lagi Ani harus mengingatkan Dio
“Iya sudah, hanya STNK yang saya
tahan, dua minggu lagi silahkan mengikuti sidang untuk mengambil STNK kembali.”
Jawab polisi
“Jangan dong pak, meskipun cuman
STNK” Rizal masih tidak mau terima.
“Sudahlah Zal, kita terima aja”
kata Andi yang dibonceng Rizal.
“Apaan.. kamu sih,, pakek gak
bawa motor segala kena tilang kan” bentak Rizal.
“Udah Zal, masih mending kamu gak
harus pulang jalan kaki, makasih ya pak polisi.” Kata Arif.
“Ya sudah, ini surat tilangnya,
silahkan ikuti sidang dua minggu lagi, dan jangan melanggar peraturan lalu
lintas kembali, permisi selamat siang.”jawab polisi
“Gimana dong Rif, aku ngomongnya
sama orang tua aku kalau kena tilang” tanya Rizal
“Gini Zal, kamu bilang aja dengan
sejujurnya kalau kamu emang kena tilang, kamu harus bilang sebenar-benarnya dan
minta orang tua kamu untuk menghadiri sidangnya nanti.” Jawab Arif.
“Ya deh Rif.” Rizal pasrah.
“Jika belum memiliki SIM, jangan
dulu naik motor Zal supaya gak keulang kayak gini” kata Ani
“Iya An, aku mau minta maaf sama
kalian semua karena tadi udah ngomong kasar pas dikantin dan sempet mau
nyerempet pas diberangkat sekolah. Aku janji gak lagi-lagi naik motor kalau
belum punya punya SIM” kata Rizal menyesel.
“Nah gitu dong.. kan enak kalau
gitu.” Sahut Dio.
“Hahaha.. Dio..Dio..” Kata Ani
dan Arif bersamaan.
Ketika belum saatnya untuk kita
melakukan sesuatu, jangan paksakan itu jangan sampai kita melanggar peraturan,
nilai maupun norma yang ada. Jadilah masyarakat yang baik dan bertanggung jawab
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Peratuhi hukum dan peraturan contohnya
peraturan lalu lintas, jangan sampai kita membahayakan pengguna jalan lainnya.
jadilah pelopor keselamatan dijalan raya.
No comments:
Post a Comment