Dua
tahun sudah, gaun pernikahan itu masih tersimpan didalam lemari tuanya, seharusnya
2 tahun lalu gadis yang sekarang menjadi dokter muda itu telah melangsungkan
pernikahan, namun seminggu sebelum hari bahagia itu terjadi, Rina membatalkan
acara akad nikahnya. Yang tersisa ini hanyalah rasa bersalah ketika melihat
gaun pernikahannya itu tak pernah sama sekali ia bisa pakai untuk pria yang dia
cintai.
Masih
teringat jelas diingatan Rina saat ia lebih memutuskan untuk memilih ikatan
dinasnya sebagai dokter muda yang harus bekerja diluar pulau jawa ketimbang
memilih menikah dengan Andi tunangannya.
Dua
tahun lalu, siang itu dua minggu sebelum penikahan meraka dilangsungkan, Rina
meminta Andi untuk bertemu disebuah taman untuk membicarakan seseuatu, mereka sebenarnya telah merencanakan pernikahan
saat acara pertunangan mereka, telah dipilih tanggal yang kedua pihak keluarga
telah menyetujuinya, yakni hari minggu pertama empat bulan yang akan datang.
13.30
WIB, Rina datang lebih awal dari waktu yang ia tentukan untuk bertemu dengan
tunangannya, ia datang dengan rambut yang ia biarkan terurai yang kini telah
sepanjang bahu dan mengenakan dress merah muda yang Andi berikan padanya
sebagai hadiah ulang tahun Rina seminggu yang lalu, lima belas menit berselang
Andi datang dengan setangkai mawar yang ia beli saat perjanan.
“Hay
sayang.. ini mawar buat kamu,” kata Andi sambil memberikannya bunga ke Rini.
“Ini
kok mawarnya merah sih.? Kan kamu tahu kalau aku gak suka, aku sukanya mawar
putih,?”
“Iya
soalnya tadi pas mau beli mawar putihnya gak ada, ya udah beli yang merah aja
dari pada gak bunga,” jawab Andi.
Entah
kenapa akhir-akhir ini hubungan mereka menjadi kurang harmonis, ditambah lagi
dengan intensitas pertemuaan yang semakin jarang karena kesibukan mereka
masing-masing, bahkan untuk sekedar makan siang bersama sulit untuk
mempertemukan jadwal keduanya.
“Yaudah
deh itu gak penting, ada yang lebih penting yang ingin aku bicarain,” kata
Rini.
“Aku
juga mau ngomong penting,” sahut Andi.
“Ya
udah kamu yang duluan yang bicara,” balas Rini.
“Kamu
duluan aja,”
“Kamu
aja yang bicara duluan, terus gantian aku,” kata Rini.
“Aku
mau ngomong kalau dress kamu bagus, cocok dibadan kamu, gak sia-sia aku beli
online dan harus preorder yang prosesnya selama sebulan, dan hasilnya gak
mengecewakan,” ujar Andi.
“Ini
yang kamu bilang penting,?” balas Rini.
“Yang
penting bukan itu, gimana kalau hari ini kita nonton deh sayang,kebetulan hari
ini ada film baru yang dari trailernya aja udah bagus banget, jadi genrenya itu
action romance gitu sayang.”
“Itu
penting ya.?”
“Kamu
lagi mood buat nontong ya, jadi gini yang penting itu, aku punya berita baik
jadi kamu udah dapet kiriman gaun buat
kita nikah nanti kan,?” tanya Andi.
“Iya,
kemarin udah dikirim gaunnya sesuai sama pesanan kok, nah makanya yang mau aku
omongin itu..” belum sempat Rini meneruskan bicaranya, Andi sudah memotong
perkataan Rini.
“Nah
udah dikirim kan, terus berita bahagia selanjutnya itu undangan pernikahan kita
juga jadi katanya dari percetakan, lebih cepat dari yang seharusnya kan, nah
jadi intinya yang aku bilang penting itu, persiapan pernikahan kita itu udah
85% sayang, tinggal sebar undangan sama konfirmasi lagi ke pihak gedung dan
cattering, udah deh,” ujar Andi dengan penuh semangat.
“Nah
itu yang juga mau aku sampaiin,” kata Rini
“Kenapa
gaunnya kegedean ya,?” tanya Andi.
“Enggak
itu, jadi aku bakal pindah ke Jambi karena ikatan dinas aku, kan aku masih
dokter muda jadinya aku nantinya bakal jadi dokter di salah satu rumah sakit di
Provinsi Jambi,” jawab Rini.
“Jambi.?
Kok jauh banget, terus kapan kamu berangkatnya,?” ucap Andi kaget.
“Hari
ini rencananya setelah ini aku mau langsung beli tiket pesawatnya,” kata Rini.
“Kok
kamu gak bilang-bilang sebelumnya sih, terus maksimal tiga hari sebelum
pernikahan kita kamu udah pulang ke Bandung kan, iya kan,?” tanya Andi.
“Nah
itu, aku bakalan dua tahun di Jambi, dan disana aku bakal berada disalah satu
daerah yang masih tertinggal jadi kayaknya aku bakalan fokus dulu deh disana,
makanya aku bilang ke kamu untuk ketemuan soalnya aku mau ngomongin masalah ini
ke kamu,” jawab Rini.
“Maksud kamu,?”
“Jadi
karena aku bakalan konsent penuh selama dua tahun disana, gimana kalau kita
undur pernikahan kita dulu selama dua tahun,” kata Rini.
Andi
serasa hatinya hancur berkeping-keping saat mendengar apa yang diucapkan oleh
tunanganya itu, rencara pernikahan mereka yang telah disiapkan secara rapi
beberapa bulan sebelumnya seperti sia-sia saja, baginya itu seperti halnya
kiamat, yang takkan ada lagi hari esok untuknya, namun Andi masih belum
menyerah, dia percaya bahwa ia dapat meyakinkan Rini untuk membatalkan
keingginya itu.
“Diundur
dua tahun,? Rini kamu sadar gak sih,?” Andi syok.
“Aku
harus mengambil kesempatan ini sayang,” kata Rini.
“Tapi
kan gak harus diundurin juga kan,?”
“Tapi
aku takutnya disana malah enggak konsent jika nanti udah menikah,”
“Kalau
kita nanti menikah, kamu gak harus bekerja kan,” kata Andi.
“Gak
kerja kamu bilang,?” tanya Rini.
“Iya,
nanti biar aku aja yang kerja, kamu nanti dirumah aja jadi ibu rumah tangga,”
kata Andi.
“Tapi
ini kesempatan emas buat aku.”
“Tapi
kan jauh banget, diluar Jawa, kan kamu bisa sementara jadi ibu rumah tangga,
terus kalau ada kerjaan di dekat Bandung, kamu bisa melamar jadi Dokter kan,”
Andi mencoba meyakinkan tunanganya,
“Justru
ini itu jadi peluang aku untuk bisa menunjukkan kemampuan aku sayang,” jawab
Rini.
“Tapi
gak bisa nuggu kita setelah menikah apa,?” tanya Andi.
“Gak
bisa sayang, dua tahun aja kok,” jawab Rini.
“Dua
tahun itu lama, lama banget malah.”
“Please
aku mohon.”
“Jadi
kamu lebih milih kerjaan kamu itu dari pada kita,?” tanya Andi.
“Aku
butuh kerjaan secepatnya.”
“Kerjaan,
kenapa harus terburu-buru.?”
“Aku
butuh uang secepatnya juga sayang,” jawab Rini.
“Buat
apa emang,?”
“Kamu
tahu kan kamu aku masih punya dua adik, dan mereka berdua masih sekolah, butuh
biaya yang banyak untuk sekolah mereka, apalagi adik pertama aku Ryan, tahun
depan udah harus kuliah, pastinya butuh banyak biaya kan,?” Rini menjelaskan
alasanya.
“Aku
nanti juga bisa bantu sekolah adik kamu,” kata Andi.
“Tetap
gak bisa, kalau kita menikah uang kamu itu akan digunakan untuk biaya hidup
kita, kamu tahu kan kalau papa aku udah pensiun dan uang tabungan papa udah berkurang
banyak untuk biaya aku kuliah di kedokteran, dan rencananya juga Ryan ingin
mengikuti jejak aku juga kuliah di kedokteran, kamu tahu sendirikan biaya untuk
masuk kedokteran itu mahal,” jawab Rini.
“Iya
aku ngerti sayang, kalau alasanya seperti itu aku juga kayaknya gak bisa bantu
juga kan,?”
“Jadi
kamu setuju kan,?” Kata Rini.
“Setuju
buat apa,?” Tanya Andi.
“Kalau
pernikahan kita diundurin,?”
“Ya
udah ya aku pulang dulu, kamu semangat di Jambinya, fokus sama kerjaan kamu
nantinya, aku Cuma bisa mendoakan yang terbaik untuk kamu, dan ini aku kasih
uang sisa dari biaya untuk penikahan yang seharusnya kita jalani, semoga bisa
untuk membantu adik kamu kuliah nantinya, ya udah aku selamat tinggal,” Andi
meninggalkan Rini tanpa menjawab pertanyaan yang diajukan tunangan itu, dia
pergi sambil memberikan uang sisa dari pelunasan biaya pernikahan yang
seharusnya mereka jalani, namun ternya takdir berkata lain.
Melihat
Andi pergi Rina menanggap bahwa Andi dan keluargannya nanti akan setuju untuk
mengundur pernikahan mereka. Keesokan harinya seperti yang sudah direncanakan
Rina berangkat pagi-pagi sekali kebandara untuk berangkat ke Jambi. Selama
menjadi dokter muda di Jambi Rina mendapatkan banyak sekali pujian dari dokter
dan perawat lain karena kemampuanya yang memang hebat, bahkan untuk sekelas
dokter muda, tentu Rina melaksanakan perkerjaanya dengan sungguh-sungguh karena
selain ingin membantu biaya adiknya kuliah, dia juga menabung untuk membantu
pernikahannya yang sempat tertunda.
Setahun
berlalu, setahun sudah resmi Rina bekerja menjadi dokter di Jambi, dan karena
kehebatannya yang seharusnya ikatan dinas yang harus dijalaninya selama dua
tahun, dia dapat kemudahan bahwa bulan depan ia sudah bisa kembali ke Bandung,
Rina pun segera mengabari keluarganya di Bandung, dan tak lupa juga
tunangannya.
Namun
ketika menelfon Andi untuk memberitahukan kabar bahagia tersebut, Rina
dikejutkan dengan pernyataan Andi bahwa minggu depan Andi akan menikah dengan
teman sekelasnya dulu, Rina merasa jantung seakan lepas, kini Rini tahu arti
dari Andi dulu pergi tanpa menjawab pertanyaannya dulu. Rini sangat terpukul
ketika ia kembali ke Bandung, selama setahun di setelah ia pulang pun hanya
berdiam diri sendirian dikamar, merasa bersalah bahwa dia dulu ingin mengundur
pernikahannya dan gaunnya yang telah siap dua tahun yang lalupun hanya akan
mengantung di lamarinya, tanpa ia dapat pakai dengan orang yang dia cintai.
Blog post ini dibuat dalam rangka mengikuti Kompetisi Menulis
Cerpen “Pilih Mana: Cinta Atau Uang?” #KeputusanCerdas yang
diselenggarakan oleh www.cekaja.com dan Nulisbuku.com
No comments:
Post a Comment